Tidak sedikit dari teman-temanku di kampus telah sepakat memerankan diri sebagai koboi cinta. Artinya setiap ada perempuan cantik nongol di kampus sesuai pandangan mata mereka, langsung saja bersuit siut tergila-gila mengejar-ngejar berusaha menangkap hatinya, lalu dijadikan pacar musiman. Ya, musim probinas begitu. Program bina asmara. Hahahahaha sori. Program pembinaan mahasiswa di dalam kampus maksudku. Sebuah program tahunan yang sebenarnya dimataku saat ini tidak ada manfaatnya secara akademik, karena akhir dari kegiatan ini para mahasiswa baru hanya dapatkan kesan dan pesan dari para senior paling galak, senior cantik en ganteng, senior berwibawa, senior baik hati, dan senior gatal matanya ketimbang terkesan dengan sejumlah materi yang diuraikan selama program ini dilaksanakan. Sori bukannya lantaran aku sebagai mahasiswa yang tidak masuk sebagai panitia probinas lalu bikin statemen seperti ini, tapi memang nyatanya seperti itu. sori ya ?
Aku katakan probinas ini memang ada unsure sebagai program bina asmara diantara sesama teman mahasiswa, suasana ini tampak jelas pada acara penutupan. Acara ini memang menjadi puncak kegemesan teman-temanku yang ngetop, ngepop sebagai koboi cinta yang telah dapatkan gandengan baru. Memang tidak ada salahnya sebagai mahasiswa yang masih kuliah seperti aku, disamping kuliah pacaran juga. Tapi perlu dijelaskan lagi disini, selama aku masih di bangku kuliah seperti ini, tidak bercita-cita menjadikan cinta itu sebagai sebuah permainan yang dilakukan secara sadar hanya untuk mempermainkan cinta suci dari seorang perempuan. Tidak kawan. Karena aku bukanlah tipe laki-laki yang disebut Lapuceti alias laki-laki punya cewe’ tiga? Atau Lagonce alias laki-laki gonta ganti cewe’? Tapi aku sebagai laki-laki yang punya kesabaran dan tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa yang hanya memiliki satu-satunya Cewe yang menjadi pacarku saat ini.
Memiliki satu cewe saja sudah pusing jika berurusan dengan rasa sakit hati karena terjadi salah paham? Apalagi dua, atau tiga? Mato’ dang! Mungkin bagi seorang koboi cinta tidak masalah, karena bisa saja tiga Cewenya itu hanya dijadikan ATM semata. Atau sebaliknya koboi cinta itulah yang dengan suka rela menyombongkan diri dengan menghambur-hamburkan harta kekayaan Ortunya, sehingga dalam otak dan hatinya hanya ada kata; “Cinta itu adalah uang, dan uang itu adalah Cinta”. Artinya dengan mengandalkan “cinta”, bisa saja dapat uang. Atau dengan Uang, cinta itu bisa diperoleh! Sebuah definisi yang sebenarnya sudah berlangsung lama di dalam kampus yang tidak hanya di perankan oleh koboi-koboi cinta. Tapi ada juga yang diistilahkan sebagai “Ayam kampus” seperti yang terjadi di kampus-kampus kota metropolitan. Bukan di dalam kampusku. hihihihihih
Terus terang tadinya aku tidak paham soal Ayam Kampus. Maklum saja karena aku datangnya dari sebuah desa terpencil, belum banyak tahu tentang istilah-istilah yang sebenarnya berkembang di tengah-tengah peradaban kota. Apalagi sebagian besar waktuku hanya tersita dengan urusan kuliah, dan menyelesaikan berbagai tugas perkuliahan, karena dari tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, ada tugas-tugas terstruktur, dan tugas-tugas mandiri. Sungguh! Tadinya aku kira “Ayam Kampus” itu adalah sejumlah ayam kampung yang dipelihara di belakang kantin kampus yang dipersiapkan sebagai sajian ayam lalapan? Atau memang sebagai ayam penduduk yang terbang masuk, dan keliaran di dalam kampus? Eeeeeee, tahu-tahunya sebuah istilah para wewene statusnya sebagai mahasiswi yang mungkin dengan keadaan terpaksa karena terdesak dengan kebutuhan biaya kuliah, dan membiayai hidupnya, hingga terjun sebagai “Ayam kampus”. Tapi dengar-dengar juga ada yang memang sudah menjadi sebagaimana ayam kampus peliharaan? Apa benar ?
Sebagai mahasiswa tentu prihatin juga dengan berbagai fenomena “cinta” yang terjadi di dalam kampus. Cinta yang didefinisikan dalam kamus besar bahasa Indonesia sebagai ; Suka sekali; sayang benar; kasih sekali; ingin sekali; dan mungkin dalam pemahaman juga bisa diartikan sebagai sebuah keinginan rasa yang ada di dalam jiwa seseorang yang mendesak-desak terhadap sesuatu itu. Seperti; Laki-laki kepada perempuan. Atau perempuan kepada laki-laki, yang disepakati, direstui secara akal sehat dan berdasarkan norma-norma kehidupan yang berlaku. Sebab cinta manusia tentu sangat berbeda dengan hewan. Karena manusia telah diberikan akal pikiran dan rasa oleh Sang Maha untuk memberdayakan cinta itu sebagaimana adanya. Cinta yang tidak sekedar berkata: “Sayang…sungguh, aku sangat menyayangimu. Jangan kau permainkan cintaku padamu. Siang-malam aku tak bisa tenang. Aku semakin tersiksa dengan perasaan ini….//bersambung
0 Komentar