"Mencinta" Arie Tulus, Digital Art 2020
TERBALUT SEPI
Jika masih diijinkan berucap
Akan segera ku teriakkan
Akan segera ku curahkan
Juga ku tumpahkan
Pada batu
Pada gundukan tanah
Pada sampah sekalipun
Bahwa aku letih
Dipermainkan waktu
Pada langit biru
Kerikil jalanan
Juga gerimis senja
Aku tanya mengapa?
Awan telah membungkus malam
Jiwaku terbalut sepi
---------------
19 . 9 . 1999
Akan segera ku teriakkan
Akan segera ku curahkan
Juga ku tumpahkan
Pada batu
Pada gundukan tanah
Pada sampah sekalipun
Bahwa aku letih
Dipermainkan waktu
Pada langit biru
Kerikil jalanan
Juga gerimis senja
Aku tanya mengapa?
Awan telah membungkus malam
Jiwaku terbalut sepi
---------------
19 . 9 . 1999
Kucari jejakmu
Juga bayangmu
Di keramaian malam
Kota Tomohon
Berbaur dingin mencekam
Ada berjuta keindahan
Berhamburan di sana
Mengisi setiap sudut
Juga beribu jejak kujumpai
Bertebaran
Namun tak ada satupun
Jejakmu berbekas
Apakah jejakmu memang mustahil
Berpijak bersama jejakku
Atau mungkinkah bayangmu
Temani bayangku susuri
Kelam sunyi hari-hariku
-------------
8 September 2003
Bisakah aku?
Keluh dan tanyaku,
Mampukah aku ?
Desah nadiku
Akankah aku?
Risauku kala itu..
Dapatkah aku meraihnya?
Aku tak tahu !
Apakah dunia tahu ?
Impossible, pikirku..
Tapi apa kata mereka?
Aku tak peduli !
Katanya begini, katanya begitu,
Membingungkan, memusingkan !
Haruskah ku bilang Asta la Vista?
Ku tertekan, sangat payah !
Good bye saja kah?
Jangan, kataku pelan..
Lantas apa?
Diam ??
Jiwaku kini teriak,
Semua tak tahu..
Lalu apa yang ku dapati ?
Nothing !!
--------------------
11 Oktober 1998
SAYAP PATAH
Ku tatap dalam keheningan
Dari sudut sepi jiwaku
Dari sisi hampa pribadiku
Pada bias indahmu
Begitu sempurna
Sedangkan aku,
Ah,, apalah artinya aku ?
Aku hanyalah ranting kering
Aku hanyalah daun yang jatuh
Di musim gugur
Aku bukan pelangi sehabis badai
Aku bukan embun di waktu malam
Bukan lilin di tengah kegelapan
Bukan camar di atas deru ombak
Aku hanyalah sekedar
Sayap patah....
-----------------
30 April 2001
AKU DAN HIDUP 1
Kutapaki jalan-jalan ini
Di antara serpihan- serpihan
Kabut putih
Di bawah bayang-bayang kelam
Sebagai kembara jalanan
Yang tak pernah pasti
Menjelang hari
Dan ketika jauh
Langkah terbuang,
Ku sadari sepenuhnya diriku
Sebagai kembara jalanan
Yang tiada henti
Menyeret langkah hingga
Sepi di ujung senja
Ya, aku hanyalah
Kembara jalanan yang selalu
Bermimpi menantang mentari
Tapi slalu cuma menepi
Bersembunyi dibalik kuku-kuku malam
Tanpa daya dan tersesat
Hilang di tepian hampa
-----------------
4 Januari 2002
HIDUPKU DI TANGAN-MU
(Kepada Sang Junjunganku)
Aku mengembara di belantara dunia
Di belahan rimba perkasa raya
Di jalanan berliku, berlumpur
Ganas juga panas
Ku teriakkan namaMu membelah angkasa
Pada setiap pelarianku juga kehilanganku
Ku seret langkah tertatih-tatih
Menembus mendung mengoyak kabut
Dan terkadang kuingin kembali
Tapi cuma namaMu terus kuatkanku
Ketika nanar pandanganku terbentur karang
Di hamparan samudra bergelora
Hidupku makin asing juga kering
Terkikis, menipis dan pasti gersang
Namun selalu ingin ku genggam
Janji dan namaMu
Meski terbelah duka nestapa
Karena Kau bersamaku
Dan hidupku
Dalam tanganMu
----------------------
25 September 2003
PENANTIAN
Tak bisakah kubawa langkahku
Sejajar dengan langkahmu ?
Atau izinkan mentari menyapa
Sinari rapat bayang kita?
Apakah kau tahu,
Purnama telah berkali hiasi
Angkasa bening
Tapi pernahkah kita searah
Meski cuma sekejap ?
Coba jawab semua
Dengan kepastian
Jangan belenggu semua
Dengan kepalsuan
Ataupun pasung dalam kehampaan
Biarkan semua mengalir
Seirama dalam damai
--------------------
17 Agustus 2003
PASRAH
(Padamu dalam benakku)
Coba kau tatap lekat-lekat
Dan pandangi baik-baik
Yang ada di hadapan kita
Yang telah kita ciptakan
Bersama
Dan yang tak pernah
Kita akui
Coba lihat dengan jelas
Tiap sisi dan sudut
Dari jarak yang kian nyata
Terbentang antara kita
Akankah kita peduli
Atau kita lari, pergi
Tinggalkan semua perih
Tanpa niat satukan rasa
Tanpa asa mekar merekah
Tapi biarlah semua pergi
Biar pula semua berlalu
Bila memang harus terjadi
--------------------
15 Agustus 2003
MEMBURU CINTA
Aku mengembara
Di belahan Kampus Ungu
Hari ini,
Ada beraneka wangi
Mengusik sepanjang jalanku
Dibarengi debat jantung
Yang dag dig dug ...
Ku tebar pandanganku
Kucari dirimu di antara
Hiruk pikuk bunga-bunga Kampus
Di setiap rimba kerumunan warna
Tapi tak ada titik keindahan
Kutemui di sana
Aku terus mencari
Mencari dan mencari
Hingga ku tak sanggup lagi
Untuk mencari indah
Bayanganmu
-----------------------
16 September 2003
MELERAI SKETSA CINTA
Aku menyendiri dalam
Kebisuanku di ujung kelam
Dataran jiwaku
Ku biarkan segala rasa
Menikam nuraniku
Aku terpaku,
Gambaran batinku tersayat
Terkadang ingin kurombak,
Ingin kulerai segala bentuk
Keindahanmu di setiap
Desah nafasku
Tapi aku slalu terkapar
Aku sungguh tak mampu
Hancurkan rasaku yang putih
Ataupun pudarkan benih kasih
Yang murni mengalir dalam
Segala perenunganku
Yang pasti,
Aku tak mampu
Meluluhkan segala pesonamu
-----------------------
25 September 2003
MELEPAS YANG TERINDAH II
(Kepada Bidadari Biru)
Mendung bertahta megah
Di singgasana cakrawala
September lima
Gundah di jiwaku
Bergemuruh
Mengguncang hebat
Kala tajam tatapanmu
Mengiris bagai sembilu
Senyum dan tawamu
Yang penuh misteri
Kian yakinkan aku
Bahwa kau ingin
Berjalan tanpa diriku
MEMBURU CINTA
Aku mengembara
Di belahan Kampus Ungu
Hari ini,
Ada beraneka wangi
Mengusik sepanjang jalanku
Dibarengi debat jantung
Yang dag dig dug ...
Ku tebar pandanganku
Kucari dirimu di antara
Hiruk pikuk bunga-bunga Kampus
Di setiap rimba kerumunan warna
Tapi tak ada titik keindahan
Kutemui di sana
Aku terus mencari
Mencari dan mencari
Hingga ku tak sanggup lagi
Untuk mencari indah
Bayanganmu
-----------------------
16 September 2003
MELERAI SKETSA CINTA
Aku menyendiri dalam
Kebisuanku di ujung kelam
Dataran jiwaku
Ku biarkan segala rasa
Menikam nuraniku
Aku terpaku,
Gambaran batinku tersayat
Terkadang ingin kurombak,
Ingin kulerai segala bentuk
Keindahanmu di setiap
Desah nafasku
Tapi aku slalu terkapar
Aku sungguh tak mampu
Hancurkan rasaku yang putih
Ataupun pudarkan benih kasih
Yang murni mengalir dalam
Segala perenunganku
Yang pasti,
Aku tak mampu
Meluluhkan segala pesonamu
-----------------------
25 September 2003
MELEPAS YANG TERINDAH II
(Kepada Bidadari Biru)
Mendung bertahta megah
Di singgasana cakrawala
September lima
Gundah di jiwaku
Bergemuruh
Mengguncang hebat
Kala tajam tatapanmu
Mengiris bagai sembilu
Senyum dan tawamu
Yang penuh misteri
Kian yakinkan aku
Bahwa kau ingin
Berjalan tanpa diriku
----------------------
5 September 2003
Yani Rumimpunu.SPd. Lahir di Tataaran II pada tanggal 4 Januari 1980. SD Negeri 2 Tataaran (1986-1992). SMP Kristen Tomohon (1992-1995). SMA Negeri I Tomohon (1995-1998). Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan di FBS UNIMA pada Tahun 2009.
Bekerja sebagai guru Seni Budaya di SMP Negeri 2 Likupang Timur pada tahun 2010-2015. Di SMP Negeri 5 Satap Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara tahun 2015-2018. Kemudian di SMP Negeri 2 Tondano Kabupaten Minahasa sejak 2019-sekarang. Sudah menikah dan tinggal menetap di Tataaran II Kec.Tondano Selatan Kabupaten Minahasa.//arts
0 Komentar