Foto: Ruang Pameran di Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan FBS UNIMA. Dok.Arie Ts.
Dalam rana kesenirupaan Pameran sebagai etalase produk seniman merupakan media utama dan vital. Manakala karya-karya seni rupa diciptakan selayaknya untuk ditampilkan, karena karya seni lahir dari masyarakat maka seni untuk masyarakat kata Aguste Comte.
Pameran pada satu sisi sebagai unjuk kebolehan daya kreasi seniman dan pada sisi lain sebagai alat untuk mengkomunikasikan karyanya kepada khalayak. Pameran merupakan media apresiasi bagi masyarakat terhadap karya-karya yang memuat ide, gagasan, seniman sebagai pesan dan misi dengan obyek yang sengaja diramu secara estetik dan estetik. Dalam ruang etalase ini, terjadilah hubungan timbal balik atau dialog seniman dan masyarakat dalam berbagai lapisannya.
Kegiatan pameran merupakan satu kegiatan yang sangat bermanfaat bagi Siswa, Mahasiswa, Seniman, Pengamat Seni Rupa maupun bagi perkembangan kesenirupaan pada umumnya. Pelaksanaan pameran dapat berlanjut pada proses penghargaan nilai dan bisa pula penghargaan dalam bentuk lainnya. Salah satu bentuk penghargaan itu adalah berkenaan dengan niaga yang menjurus kepada pasar.
Dalam kaitannya dengan Program Studi Pendidikan Seni Rupa di Fakultas Bahasa dan Seni UNIMA, pameran yang dilaksanakan mahasiswa bertujuan memperkenalkan karya-karyanya kepada masyarakat umum untuk dilihat, dinilai, dikagumi, atau dikritik. Biasanya digelar pada akhir semester atau pada ujian komprehensif bagi mahasiswa yang memilih jalur Proyek Studi, sekaligus menjadi parameter potensi mahasiswa pada mata kuliah praktek.
Menyoal pelaksanaan pameran seni rupa di Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni UNIMA ini, memang sudah berlangsung lama, sejak lahirnya Program Studi Pendidikan Seni Rupa ketika masih IKIP Negeri Manado. Adapun kegiatan pameran yang pernah dilaksanakan berlokasi di kampus, di luar kampus, bahkan di luar daerah, berupa pameran tunggal maupun pameran kelompok. Dari sejumlah pameran seni rupa yang telah dilaksanakan, tampilan pameran kali inilah yang berbeda sebab materi yang dipamerkan adalah murni karya gambar (pameran homogen) tanpa campuran dan pertama kali dilaksakan di kampus.
Pameran gambar kali ini, memang sengaja dilakukan sehubungan dengan tanggal 2 Mei 2022 adalah sebagai Hari Menggambar Nasional yang ditetapkan oleh Forum Drawing Indonesia (FDI) dengan mengkoordiner kelompok/komunitas rupa di berbagai kota dan propinsi untuk menggelar pameran gambar tanggal 14 – 30 Mei 2022 dalam rangka memeriahkannya.
Hingga kini tercatat 250 komunitas rupa yang ikut dalam pameran gambar terakbar ini. Sesungguhnya peristiwa besar ini terasa gaungnya keseluruh penjuru di Tanah Air tercinta, otomatis mengangkat gambar sebagai budaya bangsa Indonesia yang selama ini tertinggal jauh dibelakang ”saudara kembarnya” lukisan.
Sehubungan dengan event akbar ini, Program Studi Pendidikan Seni Rupa UNIMA dengan antusias menyambut dan turut memeriahkan Hari Menggambar Nasional dengan menampilkan karya-karya gambar Dosen, Mahasiswa Progam seni rupa UNIMA yang masih aktif, Alumus, dan beberapa peserta undangan warga sekitar Kampus dengan menampilkan karya baru maupun karya lama. Peserta tercatat 37 orang dengan jumlah karya tercatat 84 karya, style (teknik dan gaya) dan tema serta material adalah pilihan masing-masing. Pelaksanannya disepakati tanggal 16 – 30 Mei 2022. Direncanakan akan dibuka oleh Prof.Dr.Deitje A.Katuuk sebagai Rektor UNIMA sekaligus sebagai pembina dan pelindung utama.
Sebagai lembaga pendidkan seni rupa satu-satunya di Sulawesi Utara paling berkompetensi dalam upaya mengedukasi masyarakat khususnya bidang kesenirupaan, tentunya menggunakan momen berharga ini sebagai media pendidikan, pembinaan pengetahuan seni rupa. Dengan demikian karya-karya gambar yang dipajang diakurasi ketat oleh dosen-dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa sehingga karya-karya gambar yang dipajang adalah murni gambar. Sasaran pokok adalah sejauhmana bedanya karya gambar dari karya lukisan yang masih terjadi kekisruan, mudah disamakan tetapi sulit membedakannya. Penyebabnya, gambar merupakan dasar dari sebuah lukisan, bahkan gambar dasar dari semua cipta karya seni rupa, sehingga keduanya saling melanda, layak batas transparansi.
Secara implisit dapatlah dirumuskan dengan sederhana bahwa gambar menuangkan obyek ke atas kertas tanpa melibatkan emosionaliteit atau ekspresi si pencipta yang berlebihan atau penuh. Dalam arti ekspresi atau emosional dari si penggambar seakan-akan menjadi nomer dua dalam gambarnya, sedangkan tema, dan narasinya menjadi nomer pertama. Sebab gambar berisi konsep ungkapan yang obyektif sebagai cerita, tema atau gagasan, yang sudah cukup jelas. Sehingga si penikmat tidak usah mencari-cari atau menebak-nebak gambar yang sedang dia lihat seperti pada sebuah lukisan, apa lagi jika lukisan abstrak. Makanya, dalam menikmati gambar orang tidaklah terlalu representatif (mengandung penafsiran). Lagi pula yang perlu diperhatikan bahwasanya gambar lebih membutuhkan syarat “artistik” dari pada “estetis”. Sesungguhnya masih terdapat beberapa perbedaan yang sebaiknya dikaji sehingga lebih terang benderang hasilnya.
Terselenggaranya kegiatan pameran ini, diyakini akan berdampak positif bagi mahasiswa Program Studi Pensidikan seni Rupa sebagai cikal-bakal pendidik dan guru-guru seni rupa sebagai peserta pameran memahami dengan jelas seluk-beluk karya gambar dan karya lukisan. Disamping itu pula, akan memberi kontribusi berupa pengetahuan bahwa menggambar adalah budaya Bangsa kita, warisan leluhur yang wajib diangkat dan dilestarikan. Efek Pameran gambar ini juga menjadi media komparasi dengan karya-karya penggambar yang bertebaran di tanah air, sebagai motivasi dalam meningkatkan kualita berkreasi.
Penting dicatat, pameran gambar ini sungguh merupakan center of infulence bagi Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan FBS UNIMA yang baru saja beberapa bulan dinakhodai oleh Drs. Meyer Matey, M.Sn, didukung penuh staf dosen bersama mahasiswa. Konvensi bersama telah mendeklarasikan Komunitas rupa gagasan Drs. Arie Tulus, M.Pd, bersama Dosen Seni Rupa lainnya seperti ; Drs.Ferdinand Pangkey, MHum,. Drs.Ruly Rantung,M.Pd. Drs.Johanis Saul.M.Sn. dan Drs.Meyer Worang Matey.MSn dengan label: “SERU” sebagai akronim dari Seni Rupa.
Hadirnya Komunitas “SERU” ini, menghentarkan semangat renaisance Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNIMA ke depannya. Komitmen bersama, bertekad aktif dalam berbagai event kesenirupaan guna membangun berkesenian di bumi Nyiur Melambai tercinta. Semoga !
“Selamat berpameran dan berapresiasi di suasana bulan menggambar ini !
0 Komentar